Jumat, Oktober 29, 2010

Tuhan dan Pengetahuan

Who lifteth in the eastern sky the dark gold moon ?

Who painteth purple and green on the black bird throat ?

Siapakah gerangan yang menerbitkan bola emas di ufuk timur ?

Siapa yang melukiskan warna ungu dan hijau di leher burung hitam itu ?

W. A. Percy, A. Canticle

Yang mendorong kita membicarakan Trinitas, pengoknuman Tuhan, inkarnasi Tuhan ke dalam Tubuh manusia, ialah karena kepala dan hati nurani manusia menganggapnya sebagai sumber pertentangan.

Bahwa Tritunggal merupakan rahasia yang tak dapat dipahami oleh akal manusia adalah pasti pada setiap orang.

Take the Christian doctrine of Trinity. Mathematics was against that. In no respectable arithmetical system could three be three and the same time one.

Ambillah doktrin Kristen tentang Trinitas. Matematika menentangnya. Tidak ada system ilmu hitung yang pantas dihormati yang mengatakan bahwa tiga sama dengan tiga tetapi pada saat yang sama adalah juga satu.

Demikian Prof. Crane Briton dalam The Shaping of Modern Mind.

Begitu pula kedudukan Yesus sebagai Tuhan yang pertama kali diikrarkan di Nicea dalam Muktamar yang terkenal, Konsili Nikea, yang diusulkan Athanasius yang akhirnya memutuskan pengakuan iman (syahadat, credo) Kristen : Yesus adalah Tuhan, mempunyai zat yang sama dengan Tuhan Allah Bapak – consubstantialis patri – adalah bertentangan dengan akal, karena Tuhan tak mungkin mengadakan hubungan biologis dengan manusia.

Die christliche Regierungen glauben an Jesum Christum als den Sohn Gottes und Wissen doch recht gut das er solche Dinge nicht lehre.

Orang Kristen mempercayai Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan meskipun mereka mengetahui benar bahwa ia tidak mengajarkan demikian.

Demikian Abhedananda dalam bukunya Warum....?

Dan Plange mengatakan:

Es wird ein denkenden Mensch nicht drei Gotter annehmen, nachdem er an einem Gott gegleubt hat; das ist unlogisch.

Orang yang berpikir tidak akan menerima tiga Tuhan sesudah mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, hal itu tidaklah logis.

Meskipun kepercayaan Ketuhanan Manusia di Yunani anthropomorphic polytheism, bertentangan dengan akal, dan hilang, Richard of St. Victor masih berkata:

Though God was triune, this trinity was contrary to reason.

Meskipun Tuhan Tiga – tapi Satu, Tritunggal ini bertentangan dengan akal.

Mahasiswa-mahasiswa yang diajari Tritunggal dan pengoknuman Tuhan, tidak dapat menerima ajaran ini bagaimanapun keinginannya untuk menyembah Tuhan, selama mahasiswa-mahasiswa itu berfikir, seperti keluhan Prof. George G. Hackman dalam bukunya Religion in Modern Life :

The difficulties involved in giving the doctrine of the trinity a clear and unambiguous conceptual meaning have led many a student of religion to reject it as a hopelessly obscure doctrine.

Kesulitan-kesulitan untuk menerangkan dan mengartikan dengan jelas ajaran Tritunggal mengakibatkan banyak mahasiswa agama menolaknya, sebagai ajaran gelap yang tak terbicarakan lagi.

Dan selanjutnya:

For others difficulty of understanding it and the centuries of disputes among Theologians about it has led them to reject it as useless antiquated.

Bagi orang-orang lain, kesulitan untuk mengartikannya dan perdebatan para ahli teologia tentang hal itu selama berabad-abad menyebabkan mereka menolaknya sebagai barang kuno yang berguna.

Martin Luther (1483-1546) pendiri Kristen Protestan, dalam Luther’s Werke, ed. Walch, VII, hlm. 1528, Die dritte Predigt am Tage der Heilligen Dreifaltigkeit:

Hanya orang-orang Kristenlah yang mempercayai apa yang ditolak akal tentang hal-hal tidak masuk akal seperti ini. Sebab akal tidak akan pernah mampu mendamaikan dirinya dengan ini, yaitu tiga harus menjadi satu dan satu menjadi tiga; dan bahwa Tuhan menjelma menjadi manusia, dan bahwa kita, apabila kita dicelupkan ke dalam air baptis akan dibersihkan dosa-dosa kita oleh darah Kristus, bahwa dengan makan roti (pada upacara misa) berarti kita makan tubuh Kristus, minum anggur (pada upacara misa) berarti kita minum darah Kristus dan dengan demikian mendapat pengampunan dosa. Model iman seperti ini dianggap oleh kaum cendikiawan sebagai suatu ketidak normalan yang nyata.

Martin Luther berkata lagi dalam Luther’s Werke, ibid. VIII. hlm. 2042:

Semua pasal keimanan Kristen yang diwahyukan Tuhan kepada kita melalui firman-Nya dengan adanya akal menjadi sama sekali tidak mungkin, tidak masuk akal dan palsu. Menurut si gila penipu kecil, yaitu akal, adakah yang lebih mustahil dan tidak mungkin daripada ajaran bahwa Kristus pada perjamuan, memberikan kepada kita tubuhnya supaya dimakan dan darahnya supaya diminum ?

Dan ajaran yang mengatakan bahwa pembaptisan merupakan suatu permandian pembaruan hidup dan menghidupkan lagi yang dilakukan oleh Rohulkudus ?

Bahwa Yesus Anak Tuhan yang dilahirkan dalam kandungan perawan Maria, harus menjadi orang yang menderita, mati dalam suatu keadaan yang berada di atas kayu salib, kemudian duduk di sebelah kanan Tuhan Bapak, dan mempunyai seluruh kekuasaan dan kekuatan di dunia dan di akhirat ?

Mengenai ajaran Kristen bahwa manusia dilahirkan membawa dosa karena kesalahan Adam makan apel di sorga, ia berkata dalam Luther’s Werke, ibid. VIII. hlm. 1528:

Adam tidak melakukan pembunuhan atau berzina; ia tidak merampok dan mengumpat Tuhan, tidak juga melakukan dosa-dosa yang menakutkan dunia sekarang; tetapi ia hanya memakan apel setelah digoda dan ditipu setan melalui seorang wanita. Akal berkata, apakah kita harus menganggap apel ini begitu penting sehingga seluruh dunia harus dikorbankan untuknya, dan begitu banyak rakyat yang bijaksana, molek dan baik sekali, ya, bahkan Anak Tuhan sendiri serta semua nabi-nabi, bapa-bapa gereja dan orang-orang suci, harus mati?

Ia menggambarkan keheranannya bahwa tatkala Adam makan apel maka seluruh umat manusia dilahirkan membawa dosa secara turun menurun, dan merasa aneh, bahwa karena itu pulalah Tuhan harus menjelma menjadi orang. Tuhan yang menjadi orang ini harus dikorbankan untuk mengangkut dosa seluruh manusia karena Adam memakan apel itu. Jadi, menurut Luther, cerita tentang apel inilah yang menelurkan Trinitas, penebusan dosa dan Ketuhanan Yesus. Kalau, andaikata Adam tidak memakan apel maka Tuhan tidak perlu menjadi orang dalam bentuk Yesus Kristus. Dan Yesus Kristus tidak perlu disalib untuk menebus dosa. Oleh karena itu ajaran Ketuhanan Yesus dan penebusan dosa didasarkan kepada ajaran kejatuhan Adam. Mengapa ada cerita mengenai Tuhan yang katanya menjelma jadi orang ? Ya karena Adam memakan apel. Mengapa Yesus harus dijadikan anak Tuhan ? Karena hanya Tuhan yang mampu mengangkut seluruh dosa manusia yang dibawa turun-temurun. Mengapa seluruh manusia membawa dosa dan diturunkan ? Mengapa tiap bayi dilahirkan membawa dosa ? Karena Adam memakan apel. Inilah yang menurut Martin Luther tidak masuk akal sehingga ia menjadi bingung, sebab dosa itu mestinya sesuatu yang didapat di dalam hidup karena manusia berbuat jahat, bukan turun-temurun.

Sumber : Keesaan Tuhan, penulis O. Hashem, penerbit Al Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar